TA ERROR REPORT
13 februari 08 menjelang TA.
(akan kugarap mulai hari ini, semua kehidupan, perasaan, history, kepedihan, kebahagiaan, dan kebencianku terhadap apa-apa!!)
Ketika kupegang warna-warna, kutilik kedalam diri yang paling sunyi dan dalam, aku mencericau, diatas kesadaran aku menangis, dibawah kesadaran, apa yang bergemuruh ini tak terkatakan.
Aku berkata:
" Tidak!! Kau jangan paksa aku bersedih atas ketidakmujuran kalian, kehilangan kalian, apalagi hanya perkara sepele, tentang sebuah hal, yang kau namai "cinta". Anjing!!! Kau tak tahu sedikitpun tentang hal itu. Bagaimana seorang ibu harus mengerjakan seluruh nafasnya sebagai seluruh nyawa bagi kelima anaknya, Ia sendirian…..14 tahun bukan waktu yang tidak panjang. Jika kau bicara tentang ketulusan memberi dan menerima, engkau pun akan tetap kupersalahkan.
Apa yang kualami lebih bergengsi daripada ketulusan kalian dalam bersandiwara dengan hati dan rasa kalian. Sial!! Kalian penipu dan pembohong. Mega hipersemiotika, kalianlah makhluk itu, hidup hanya mengurusi cinta murahan, hanya peduli pada pergerakan ( bagaimana engkau bisa diingini orang selainmu ).
Aku tak suka diremehkan!! Apalagi dihina, karena itu dari kalian, tentu tetap akan kubenci.
Tetapi, aku tak sanggup membunuh kalian. Aku telah diajari cinta oleh ibuku!! Begitu khusyuk!!!
Beliau wanita perkasa yang paling lembut dan romantis.
Beliau dengan sering kutikam perasaannya, Beliau yang dengan mataku kulihat matanya menangis, karena dan untukku, untuk anak-anaknya. Dan Beliaulah, yang selalu siap membasuh kakiku tatkala kotor dan berdebu.
Tak ada seatompun alasan kalian tidak suka, atau membenciku. Telah kukuasai atmosfir emosi kalian!!!
Dan kalian hanyalah orang-orang bodoh yang tak sanggup berteori. Implementasi kalian busuk, basi dan dan kalian hanyalah orang-orang bodoh yang tak sanggup berteori. Implementasi kalian busuk, basi dan uninterest!! Go out!!
Para Penggoda……………
Enyahlah…..kau kira aku kambing!! Yang bisa dihinakan hanya karena penampilan.
Para Penggoda………budak paganisme terhadap lifestyle.
Sumpah, jika aku mau, aku mampu untuk sekedar bergaya mewah dan elegant.
Kukuasai table manner. Tapi kalian?..siku kalian masih menyentuh bibir meja ketika makan. Itukah yang kalian sebut sebagai gaya!?
Aku mencintai ibuku, kakakku dan manusia-manusia agung. Bukan orang-orang yang tak mampu memiliki "arti".Un grand vivant
Kucingku……………..tulus tertidur untukku.
Kalian yang penuh tanpa dosa meniru aksen diluar diri.
Busuk.
Kukuasai cyber, kupelajari psikoanalisa, sastra, juga kombinasi warna dalam berdandan.
Tidak ngawur seperti kalian.
Kubuat worm untuk menunjukkan kalian buta.
Dari kecil aku tak diajari bagaimana mendapatkan applouss, karena tepuk tangan dari orang lain, hal itu kebohongan. Aku tak butuh pengakuan.
Yang pasti aku mampu menyiksa kalian.
-------------------------------------------------
Aku, mengusai bagaimana bersandiwara dengan baik.
Bukan karena aku seorang teater. Bukan.
Namun, rumusan perasaanlah yang telah kuhisap sempurna.
Distribusi mayor pathos manusia adalah kepedihan dan pengharapan.
Dan aku melakonkan hal itu setiap hari, sejak ayahku tiada dari kelas 5 SD.
----------------------------------------------------
Ketika kalian bilang " ah sungguh, aku tak mampu melupakannya dari hidupku, ia cinta matiku………………..". Gombal!! Yang kalian cintai darinya adalah "kisahmu!!!".
Bukan subject!! Kalian tertipu!!
------------------------------------------------------
14 Februari 2008
Hanya ini. Semakin jelas saja ketidakjelasannya.
Ah, mungkinkah karena aku seorang un grand vivant!!
Ya iyalah bodoh,
Secara aku kan harus melampaui savoir- faire, menuju savoir-vivre yang gemilang.
Asal tahu saja karya ini kan cuma bualan.
Ia bisa kuceraikan kapan saja, tak sudi kudipersunting keabadian dogma manusia yang berkata lantang tentang "karya yang tak bisa mati".
Gombal……………..
"seniku tanpa tujuan!!!", itulah AKU, SAYA…………..
Apa peduli kalian!?.................
"ciptaan tanpa hari esok……….."
Busyet………….seperti nasibku, he he he……………
Ah obatku, mana dia….?
SAKA NEURON,…………..
Ampuuun, syarafku ternyata terluka.
Mending karena sebuah cinta biru,……………lha wong semua tertusuk karena luka didada.
Waduh, sentimentil benget ni orang.
Gila, ANLENE GOLD ibuku……………??????????? Waduh, kuharap besok dapat job terus dapat uang.
Amiiiiin…
----------------------
02.32 am
Jariku tak kunjung bergerak, terus berdiam diri. Perasaan terkunci disebuah ruang.
Ketika kubaca aksara yang terpahat di dindingnya: lidahku kudengar membaca "en-tah-lah……………."
Catku habis!
Kucingku? Ia tertidur, sekejap melirik, sekejap menelungkup kepala, sekejap melingkar. Ia gelisah. Matanya yang mengatakan itu.
Maka aku lari pada pena, kemudian kutulislah hal ini.
Ya…………….
Aku menulis sambil jongkok. Menandakan aku tak tenang, juga punya artikulasi aku sedang eksaltasi. Semua kudengar senyap.
Kipas angin yang berputar, energi elektromagnetik, memacu kumparan itu berputar. Angin pun berhembus. Jika saja hidup semudah itu.
Dalam catatanku nanti, kurasa, tak akan kutulis bagian kelam dari proses TA ku ini. Adakalanya, aku perlu rahasia, bukan karena apa-apa, tapi kuyakin orang-orang telah begitu faham dan mengerti dengan kebusukan malam.
Dan, kuakui pada waktu mataharipun, tetap kujalani dosa-dosa.
Lukisanku yang lain, ia menggantung melingkari dinding rumah ini……………………
Mereka enggan bersuara untuk kawan baru mereka. Lukisan yang kugarap ini begitu angkuh dan menuduh.
Kebersamaan mereka ditodong. Diintimidasi, seolah mereka hanyalah mata rantai kebohongan yang dikanvaskan. Dalam kata lain, mereka hanyalah pelacur untukku.
Ah…………lukisanku yang ini memang kurasa begitu sombong.
Ada beberapa "kata" kutulis, lebih tepatnya kuselipkan dilembar kanvasku kali ini. Baru kuketahui, kepada diriku sendiri ternyata aku orang yang terbuka sekaligus pendiam.
Tapi!! Hebat, aku bisa tetap tertawa.
Ups. Ada kawan datang, pagi seperti ini.
Ia tetangga. Baik geografis maupun nasib. Bedanya, ia ada yang memberi "cinta". Ada wanita yang menginginkannya---. Aku? Tidak, tidak ada dan hal itu kuanggap biasa. Buktinya, tak kuakhiri dengan tanda seru setelah kata "tidak" diatas tadi. Nadaku datar, percayalah.
Tahukah kalian komentar kawanku ketika kubukakan pintu?
Begini, aku melukis dengan kanvas kubaringkan dilantai, ya, menyentuh bumi adalah kosmik tersendiri bagiku.
Tidak kebetulan, memang lebar kanvas 2 x 1,5 meter itu kuletakkan satu langkah orang dewasa didepan pintu dalam rumah.
" gambar apaaa kuwi………..?" , ( Gambar apa itu? -.red ).
Persoalannya, kata "apa" jika kutulis menurut lidah kawanku, yang sampai pada telingaku adalah "apaaaa". Ya, kurang lebih ada empat huruf "a" di depan "p".
"apa" yang bagiku bergairah, dipagi sedingin ini. Aku ditodong, aku dipaksa bicara, tentu dalam batin, karena ia lebih memilih tidur, daripada mendengar penjelasanku yang tak lugas dan berbelit-belit.
Terkesan menyembunyikan!!
Ah sudahlah, kawanku hanya lulusan SMP, ia miskin, dan tak dilanjutkannya sekolah kejuruan, faktor utamanya tentu saja "malas". Ia musisi proffessional. Ia main dengan Bupati, dan pejabat Pemda. Ia seperti orang kantoran tak berseragam juga tak berpin korpri, dan tidak ada dalam bajunya bordir: "PERTAHANAN SIPIL", dan dilengan kanan "DEPDAGRI", atau sejenisnya.
Ia musisi proffessional, cukuplah gelar itu bagiku. Intelegentsianya? Ya, sarjana di negeri inipun belum tentu tidak bodoh!!!, apa lagi ia.
Di negeri ini perkara bersekolah ialah prestis temporer. Soal kepintaran, tak pernah dibahas dalam lingkup sosial nyata. Yang penting sekolah!!! Sial!!
Jika seluruh TA ku selesai, kujanjikan foto-foto karyaku akan kutempel dilembar akhir catatanku ini. Jadi jangan kau buka dulu halaman belakang. Bisakah kau berjanji? Whatever….., ini hanya intermezzo agar kalian senyum, biar bibir kalian yang kering dapat basah
-------------------------
Sekarang waktu berpifak pada 03.15 pagi. Artinya, dua jam empat puluh lima menit lagi aku harus siap berangkat ke rumah seorang Kepala Desa daerah lain. Ada kerjaan komputer yang mesti kuselesaikan. Kurang lebih 5 km, kira-kira 10 menit pada kecepatan 50km/jam dibawah bendera honda 100cc, dengan asumsi tidak ada aral melintang dan tarikan gasku stabil, dan juga: jarum grafik percepatan pada spedometer benar-benar tepat.
Ya, kira-kira 15 menitlah, budaya negeri ini baik!!!! Selalu ada toleransi dalam apapun, termasuk dalam hukum. Ah, aku tak mau tersesat di pembicaraan politik dan demokrasi, aku benci. Republik ini seperti seorang anak yang keras kepala, semua……semuanya, termasuk aku.
Belum juga kumenguap. Rokokku tinggal……….empat batang.
-----------
05.02 am
Tetap akan kujalani: "DIAM dalam ABSURDITAS"
Bukan hal sepele bagi orang tolol seperti aku. Kawan-kawan maafkan aku jika seluruh perasaan kalian akan kutikam, sehingga babak demi babak dalam project samarku ini selesai.
Kulakukan ini dan itu nantinya, tentu kudasari dengan sebuah alasan, karena aku masih begitu percaya bahwa aku "manusia", dalam konteks power, tentu saja kehendak Tuhan adalah tak terkalahkan. Hal inilah yang membuatku akan kau lihat sebagai seorang pengkhianat, keji, sadis, dan kejam. Akan kudurhakai perasaan kalian. Namun yakinlah hal ini pun akan berguna bagi kalian nantinya. Masalah keegoisanku pada sistematika konsep yang kupetualangi, hal itu sepenuhnya mutlak pada "Apa" tuduhan kalian terhadapku. Ada beberapa kawan yang seharusnya kusebut namanya, karena telah kurencanakan penculikan perasaan terhadap mereka. Kekerasan itu yang sangat akan bertubi-tubi dan menyiksa. Maafkan aku.
Itulah mengapa, selalu kukatakan "dunia kalian bukanlah duniaku, dan aku sungguh tak mau hilang di tempat yang tak kukenal".
Nama kalian akan kusebut dihalaman tersendiri. Kukatakan hal ini karena yang hendak ku luluh lantakkan adalah kisah asmara kalian. Sekali lagi maafkan aku. Kekasih kalian akan tetap kekasih kalian, di luar tanggung jawabku atas keberpalingan rasa yang mungkin saja terjadi. Namun yakinlah aku akan teliti ketika menguliti "rasa" kalian.
Hingga kalian bisa mati sambil berdo’a dan menangis. Namun kuminta kalian jangan membenciku!!! Tapi harus kalian ijinkan aku membenci, ketika hal itu kubutuhkan.
===================
2:02 AM 2/21/2008
justru aku tak boleh mundur dari peperangan yang kuciptakan dengan hati dan perasaan ku sendiri ini.
setidaknya aku akan tahu siapa yang akan kalah dan menang, dalam hal ini adalah sebuah pernyataan perasaan.
sedikitpun, aku tidak takut untuk sekedar menusuk, atapun tertusuk. penikaman itu harus kukerjakan.
dengan segenap kejujuran cara pandang.
aku tak akan ragu untuk membenci.
hal itu sangat berguna untuk project absurd ini.
kepercayaan mereka terhadapku bukanlah persoalan.
karena dalam keterpurukan ini, aku masih menyimpan sebuah keyakinan diri, aku adalah aku, dunia adalah duniaku.
tak jadi soal aku akan terbunuh.
sebab kehidupanku memanglah kekejaman.
dan kurasa hal itu adalah wajar.
seribu macam bentuk kebohongan, dan aku inginkan yang paling keji.
seribu bentuk kekerasan, dan kuinginkan yang paling kejam.
seribu aksi pengkhianatan, dan kuinginkan yang berdarah-darah
aku tidak melihat warna selain itu.
diam dalam pergerakan ini membuatku mual.
gerak dalam diam ini membuatku muntah.
dan kurasa, hal ini tetaplah wajar.
ingin kujumpai diriku menyapa diriku sendiri dengan ketulusan, bukan pengorbanan yang tanpa darah.
tumbang, ketika itu aku akan pasti dalam berapapun, termasuk menghadapi penjara mata-mata kebencian dari selainku.
kepasrahanku akan sangat bertubi-tubi,
dan kutahu hal itu.
setidaknya aku akan tahu bahwa hidup memang harus dikerjakan!! sebagai sebuah janji atas cinderamata yang disematkan di dada ku ini, dari sesuatu yang bernama "tahu diri"
pembunuhan ku terhadap kalian akan sangat pelan.
dan siapkan kebencian di mata kalian,
tikamlah dengan kebencian itu, tepat di jantungku.
sebab, aku tidak ingin mati dengan tidak wajar.
atau........kalian meyakini, bahwa aku tidak bersalah atas dendam ini.
karena, projectku ini bukanlah sekedar eksplorasi,
lebih dari itu, ia adalah anak-anak kita, yang ingin menjelaskan pada ibu dan ayahnya, bahwa "berfikir itu benar-benar ada"
,…………..siapa kita?
=======================
07 Maret 2008
dan karena, ungkapan cinta paling kejam adalah DIAM, karena cinta memang tak bisa DIAM, atau mungkin cinta itu hanyalah DIAM.
Dan, pembicaraan paling rahasia adalah DIAM.
===========================================
Akan tetap jangan sampai kita menghayati kesenian dan budaya sebagai kaki tangan bagi sebuah rasa bahagia dan kemakmuran.
Semoga tidak terjadi lagi, dimana kesenian kita pecundangi hanya untuk menerbangkan nama.
Membius budaya agar semakin tidak berkutik, hanya untuk mangalungkan ketenaran di dada kita.
Menjual spiritualitas religius tertinggi yang sakral dan suci, demi pujian semu, dan agar dicap sebagai manusia berkepribadian, serta sekedar merindukan applous dan decak kagum, bahwa kita pantas dibanggakan di kancah kemerdekaan berfikir yang sesungguhnya dibesarkan oleh kebodohan.
Menebarkan kritik untuk merubuhkan ketulusan kekaryaan. Menimbun bangkai-bangkai kesenian dan kebudayaan yang begitu busuk di saku celana dan kaca mata.
Hayatilah makna sebagai makna, jangan engkau mencoba menafsirkan makna dengan keseimbangan, yang akhirnya sekedar menelurkan pembenaran bagi apa saja. Agamalah kepribadian itu!!!
Idealisme logika bukan segala, apalagi realisme buta!!
Bawah sadar belumlah kebenaran.
Jika engkau ingin bertanya siapakah kesenian dan budaya itu, maka akan kujawab, dia adalah siapa saja yang tidak menaruh kepercayaan terhadap dunia.
=============================================
10:41 PM 7/6/2008
==================
==silent in absurdity===
===psychology project===
========================
aku masih ingat lengkingmu
parau dan tak sampai
kau nyanyikan lagu mewah seorang agnes monica
dengan sadar kau peluk dua dunia
dimana segala tempat begitu sepi untuk berbagi
tak ada kesempatan menyatakan diri, bahwa kau bisa sesuatu
sendiri
anganmu dikebumikan massal dan setiap hari
kerumunan membunuhmu pelan
nyalimu dijeruji
tak ingkar, kau kalah
setiap kedip menahan nafas, untuk hidup..yang payah
lelah
tubuh dan jiwamu tercambuk
kau begitu luar bagi kedalaman mereka,
tikungan sebuah lorong yang sama sekali kau tak hafal pintu-pintunya
matamu tak mampu bagi cahaya yang bukan sepertimu
kau membuat pojok dimana saja, untuk sekedar menangis
tersedusedan, terisak dalam, meratap,
yakin, gelisah, terhuyung, kuat, ambruk, terbunuh, menikam
semua dalam diam
satu waktu kau berfikir tentang cinta diluar darah
acuh, tak peduli, semua jadi tak sempat jika untukmu
dengan mata mereka yang sangar kepalamu ditodong untuk keluar gelanggang
ya...
aku masih ingat lengkingmu....
yang parau dan tak sampai
kau hanya berhasil merampungkan lirik-lirik lagu mewah
sekedar menirukan suara
dan syairnya...?
semua ludes kau buang
hingga kau tak pernah bisa menari...tak pernah...
sebab kau, aku dan orang seperti kita hanya punya satu tarian
dari hidung, menarik nafas kemudian dihembuskan
sepanjang hari
untuk hidup, kita menari dengan mata sangat terpejam
dan ketika senja, tarian kita akan tersengal
jatuh dalam tidur
sambil meraba dan berharap
semoga ada sekedar mimpi baik
semoga.....
"all in silent"
05 July 2008
=====================================
"all in silent"
==============
Dihadapan jalan kesendirian ketika semua berada dalam diam, "diam dalam absurditas" adalah rangkaian rel menuju sebuah ketakutan. Pemisahan, seperti tercabik. Humanisme yang sediakala lengkap dengan nuansa bumi, yang berkelok tajam tetapi tak melupakan kemesraan, tiba-tiba, dengan eskalasi tertentu menjadi labirin bahkan lorong yang semua dindingnya serba gelap, sehingga merah menjadi "warna" paling lembut. "Ih ngeri amat!!", begitulah refleksi "keawaman" menyatakan diri sebagai sebuah apresiasi humanis terhadap kediaman ini.
Langkisau itu mengerucut, seperti piramida, kefahaman akan diam menuju pada "nyaris yakin" bahwa ketakutan benar-benar ada pada kancah kediaman. Garis batas absolut adalah manusia vertikal, yang menghadap langit, dengan demikian proyeksi yakin akhirnya akan memberi bentuk terhadap bayangan yang wujudnya bergantung dari mana datangnya arah cahaya. Ketersamaran itu ditembus, dalam kediaman ini tentunya segala kata tetap dibekukan oleh keyakinan bahwa "takut" tidak lagi samsara, ia luas tetapi masih dalam jangkauan. Hal itu merupakan pembuktian bahwa asal-usul cahaya merupakan faktor krusial dalam pembentukan keyakinan dalam proses memahami.
Jika merunut pada kewajaran, tentunya segala hal harus ditutup dengan keselesaian. Selesai dalam hal ini sangat dipastikan akan menuntut, berbau menyarankan agar semuanya masih baik adanya. Dalam dimensi ketakutan, bersembunyi berada dibawah pembelaan teori maklum, "agar baik adanya", ungkapan itu dikatakan dengan senyum yang tidak jelas. Dalam wilayah absurditas, ketakutan merupakan aksen diri yang menjadi realitas. Sebuah mutasi dari cara pandang ataupun pemikiran. Menjumpai keterbalikan tepat didalam diri. Haruskah "pembunuhan diri" menjadi jalan keluar?. Jawaban sekaligus pertanyaan, wujud inilah ketakutan paling tua dalam sejarah pemikiran manusia.
Kronologi ketakutan kini menjadi jelas bahwa dengan diamlah ketakutan itu ada. Sedang salah satu kepastian adalah manusia merupakan bagian dari diam. Yang harus diingat adalah sejauh mana kesadaran mampu membaca kapan datangnya kediaman. Di simpangan itulah cita rasa manusia akan seperti digilas, karena takut bukan lagi tidak berani, dan berani bukan berarti tidak takut. Sialnya, dalam teritorial "angker" itu segala jawaban akan menjadi pertanyaan yang membutuhkan jawaban, seterusnya.
Dalam perkara ini nampaknya berdiam dalam absurditas merupakan salah satu jalan keluar. Sebab, sebuah keberuntungan karena absurditas adalah tidak membutuhkan definisi, jadi bisa difahami sebagai khasanah pembebasan, dengan catatan nuansa cahaya itu masih khidmat menghadap langit.
Maka jika "diam dalam absurditas" berdaya cahaya, tentunya tidak ada kegelapan yang tidak dapat dilalui. Karena ketakutan adalah cahaya itu sendiri, dan tidakkah hal ini absurd?