wahahahaha.......cimbah..cimbah.........
Tentang Kemarin Pagi
(ya, aku masih saja dipeluk kota ini….)Ada banyak sesuatu yang muncul dari balik tumpukan kayu depan rumah
Diantaranya adalah keberanian yang datang dengan begitu menyala.
Keberadaan api unggun yang terbakar semalaman, diantara deru kunang yang tidak mampu lagi terbang.
Sayup badai dari kejauhan, tamu sendu dari mendung di beberapa sudut langit-langit.
Yang manis dan menyejukkan, dari yang tampak didepan mata, ia hanyalah mimpi dari sebuah tidur siang.
Terlalu malam bagi kenyataan untuk menyambut berita gembira, tentang cinta……
Ada yang tidur mendengkur, di atas atap sebuah gedung.
Menaranya yang congkak menantang halilintar mengitari bumi, dengan sekujur badan yang tenggelam, dipelukan dipan ketergantungan hidup pada kenyamanan.
Yang melambung bukanlah pertarungan, melainkan bola yang ditendang beberapa anak muda yang mencari tanah lapang, bagi diri dan jiwa………..
Permainan ini menjadi bisu dihadapan mesin-mesin… keberadaan ini menjadi batu dihadapan gelombang dan ribuan kilo kabel teknologi.
Pada mesin yang menyayat otot, pada sandaran kursi tua yang bikin sakit……
Ia semua akan tampak lebih mesra ketika memejamkan mata……
"Hindarilah kenyataan selagi engkau bisa", katanya.
Ah…… telah terlalu banyak manusia mati karena bunuh diri……..
Kesombongan telah terlalu lama membanggakan diri, merangkak tertatih menjadi bukti-bukti bagi manusia yang tiada berguna bagi diri sendiri.
Hantamkan kepalan tangan itu pada wajah-wajah lebam!!
Agar cinta segera tersampaikan, kemudian berbicara dari hati ke hati dengan lapang.
Dan air bunga ini…… siramkan pada ranting yang mengerang terlindas dendam. Sampaikan juga pesan dari sebuah kursi tua, bahwa: kemurunganpun suatu ketika akan berguna!!!
Sisakan juga sebuah pertanyaan bagi perjalanan pulang, agar ada yang difikirkan ketika semua telah selesai dikerjakan.
Sebab, kemenangan tidak pernah berjalan sendirian, ia selalu mengajak sesuatu sebagai kawan bercerita. Dan kita tidak pernah tahu siapakah sesuatu itu.
Terkadang ketenangan, mungkin juga kesombongan!!!
Camkan ini!!!
Januari 2007
===============================
Aku benci penyair yang……
Engkaukah yang mengira bahwa dirimu telah paling gila?
……………………………………
……………………………
……..
.
tidak!!!!
engkau hanyalah orang yang paling memiliki kesetiaan memunguti api-api kebencian, yang kemudian kau tulis menjadi gubahan sajak-sajak,
kau kumpulkan aksara-aksara dari debu peperangan, lalu kau tempelkan pada secarik kertas, lalu…kau namakan ia puisi!!!!!
kau korek luka-luka dan kemiskinan dengan ujung pena yang kau sulap menjadi kejam,
kau terbangkan kata-katamu, untuk dihinggapkan pada kesedihan-kesedihan, pada hamparan ketidaknyamanan, pada tragedi, pada wajah-wajah lebam, kemudian engkau berkumpul dengan segerombolan manusia sepertimu, memperbincangkan kehidupan, menghakimi kenyataan, kemudian bersama-sama menggemakan aubade: bahwa engkaulah yang paling memiliki kepedulian.
engkau berduka tatkala kesedihan terkadang tiada, jiwa dan fikirmu melangkisau ketika tragedi dan peperangan yang memerlukan ribuan nyawa itu reda, kau inginkan bencana itu tetap ada, guna mengairi tintamu yang kering dari melihat diri, agar tetap dapat berguna bagi peradaban sastra, bagi cita-rasa empati seorang pujangga yang kemudian kau rubah menjadi gemuruh tepuk tangan ketika apa-apa yang telah kau kerjakan dari ribuan rekaman ketidaknyamanan diluar sana itu merasa enak didengar dan dirasa, sementara engkau lupa bahwa dibawah kakimu, diantara bayang-bayang kertas puisimu, ada genangan air mata api, ada darah yang benar-benar mengalir, ada tembakan yang telak menembus jantung, ada kesedihan yang sungguh terisak-isak, dan engkau? apa yang telah engkau kerjakan bagi mereka?????
Jawablah ini sebagai pertanyaan kemanusiaan, yang sama sekali tidak memerlukan refrein yang harus indah di telinga!!!!
Kekejian itu terus kau kurung dalam ingatan, kemudian engkau bagikan cuma-cuma bagi mereka yang ingin disebut mulia.
engkau menafsir kenyataan sesuka hati hingga begitu lupa menulis tentang diri sendiri. kau ajarkan pengertian dari obrolan yang katanya kau renggut dari bawah sadar paling suci, hingga engkau tidak sanggup membedakan mana fitnah mana kejujuran, mana ketulusan mana penipuan, mana keikhlasan mana kebutuhan akan pangakuan!
engkau amini tragedi dengan menyembunyikannya diantara kerumunan lalu-lintas bahasa.
pada penamu: ada ribuan pedang yang kau ayunkan, pada segala bentuk ketidakbahagiaan di bumi, kemudian engkau memanggilnya sebagai kesadaran!!
sebab aku percaya: orang gila tidak akan sekeji itu, menyembelih segala sisi gelap kehidupan untuk dijadikan tumbal, bagi gedung-gedung yang kau juluki sebagai deretan naskah pujangga.
aku tidak melihat hal lain tentang semuanya ini kecuali kebohongan, yang tengah terjebak dalam mega hiperbola!!!
-------
kucatat ini semua, sebagai kisah sekaligus pertanyaan, karena setiap hendak kutulis segala sesuatu diluar diri, didalam mataku, aku melihat anjing mengendus dan memberikan tulang-tulang yang diraihnya: bagi penaku.
------
Maka, sebagai penutup tuduhanku ini, tolong: ajari kami tentang menilai diri, dan jika engkau adalah sang pemenang, maka, kepada siapa piala itu akan engkau berikan?
Sukoharjo, 5 Februari 2007
==========================
Ini Adalah Rindu
Api ini menjadi bata-bata beterbangan
Menusuk anak pohon pisang yang tertimpa bayang-bayang awan
Air ini menampar wajah-wajah senyap dan kusam
Memenggal asmara yang hinggap di kuncup mawar
Sedihkah tanah?
Angin ini berhembus, meminang keraguan pada karang
Meremukkan tulang belikat keyakinan
Marahkah bumi?
Dingin ini membekukan hantu-hantu salju
Merobek mata pandang cakrawala
Akar ini menembus jantung-jantung tak berbaju
Memukul mundur tentara impian keluar gelanggang
Menangiskah kesabaran?
Tahu diri ini berkata tentang kejujuran
Merebut jiwa dari kekecewaan
Mengajari kehidupan agar mati dengan tenang
13 Maret 2005
===========================
Bagaimana mungkin kita akan pergi kepada sebuah dunia biru? Kesedihan di tanah yang kupijak kini cukup membelenggu kaki untuk tetap setia melayani permintaan kesedihan dan tangis yang penuh tragedi!
Bagaimana bisa aku akan dapat melangkahkan kaki ini menuju kepada bumi yang penuh dengan warna jingga merona?
Aku hanya sanggup melihatmu berdiri di seberang sana, tanpa pernah mampu menghampirimu, selayaknya matahari pagi menyambut dunia ketika rembulan telah pulang.
Aku,
Hanya akan terdiam sembari terus menerus memandang dengan tatapan nanar, pada hati jika dihadapkan pada sebuah keyakinanku terhadap diri seorang engkau.
Aku hanya mengenal satu kekasih, dan itupun masih terlalu dalam untuk kugali kemudian kupungut kedalam hati dan jiwa.
Kenangan ini akan begitu mempesona, sebab pada kenyataannya aku telah menemukan banyak hal ketika ajakan untuk menyapamu itu ada.
Ya,
Aku hanya mengenal satu rindu, dan itupun masih rapi kubungkus dalam dada.
Ya,
Aku hanya punya sebuah kata mesra, dan itupun masih saja berdiri sebagai aksara, yang harus kurajut, menjadi kesetiaan, banarkah engkau kekasihku itu.
Kulihat juga, bagaimana jiwa-jiwa diluar sana, begitu bertalu-talu memanggil nama yang sepertimu, begitu menghendaki diri seperti engkau, dan sepertinya mereka enggan menunggu lebih lama, meskipun sekedar menunda.
Dan,
Mengapa aku,
Hanya seperti batang pisang, yang hanya memiliki jantung untuk dipenggal.
Perasaan menjadi barang yang begitu berarti.
Meninggalkanmu adalah cara paling haru untuk menemukanmu dari sebuah kehilangan panjang, menurutku.
Dan aku,
Tidak menginginkan selendang sutera itu melambai tanpa darah dan luka-luka.
Sebab aku begitu yakin, bahwa kekasih, hanyalah dia yang bisa kapan saja kuajak bicara, meskipun peperangan tengah berkobar.
Ya,
Karena aku harus begitu percaya bahwa kemesraan hanya ada pada cara memandang.
Dan kata cinta itu……..
Akhirnya harus kubuang, diantara perjalananku.
Sebab, karena dialah, kurasa, aku akan menjadi sang terbunuh!!
Dan, menjadi keharusan kiranya, aku harus memilih "hidup", meskipun untuk itu, mungkin aku tidak akan pernah menemukanmu.
Tapi cukuplah, cerita pengembaraan ini yang akan kuangkat menjadi sesuatu yang kutuju, menjadi kekasih, yang setia kubawa kemana saja.
Dan akan kuikhlaskan hasrat ini melihat sesuatu yang kusangka kekasih itu, terbang dibawa angin, menuju sebuah peraduan yang tentu saja akan membuat seorang aku benar-benar kehilangan diri seorang engkau, tidak untuk sementara, melainkan untuk selamanya, dan memang aku tiada pernah memintamu, kecuali sedikit saja aroma keresahan yang muncul dari sebuah angan semu.
Meskipun, kita tidak akan pernah tahu apa sesungguhnya kekasih itu.
1 juli 2007
"untuk kekasih di alam kertas"
--------------------------------------------------------------------------------------